Share

Indeks Dolar AS Kokoh, Euro dan Sterling Melemah

Fayha Afanin Ramadhanti , Okezone · Jum'at 03 Februari 2023 07:37 WIB
https: img.okezone.com content 2023 02 03 320 2758212 indeks-dolar-as-kokoh-euro-dan-sterling-melemah-i5ZzQrzVp7.jpg Indeks Dolar AS menguat (Foto: Ilustrasi Shutterstock)
A A A

JAKARTA – Indeks dolar AS kokoh terhadap Euro hingga Poundsterling pada perdagangan kemarin. Dolar naik setelah Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin, sementara Bank Sentral Inggris (BoE) mengadopsi nada inflasi yang lebih dovish.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, terangkat 0,74% menjadi 101,71, demikian dilansir dari Antara, Jumat (3/2/2023).

ECB mencatat setidaknya satu kenaikan lagi dengan besaran yang sama bulan depan dan mengatakan akan mengevaluasi jalur kebijakan moneter selanjutnya. BoE juga menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin dan membatalkan janjinya untuk terus menaikkannya "secara paksa" jika diperlukan, dan mengatakan bahwa inflasi mungkin telah mencapai puncaknya.

"ECB kurang lebih sejalan dengan ekspektasi dan BoE terdengar sedikit lebih dovish, jadi saya pikir itu membantu memperlambat penurunan dolar," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Convera di Washington.

“Anda dapat merasakan bahwa para gubernur bank sentral mengambil sedikit kenyamanan dari inflasi yang bergerak ke arah yang benar,” katanya lagi.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Euro turun 0,70% menjadi 1,0913 dolar AS, dan sterling tergelincir 1,09% menjadi 1,2240 dolar AS, terendah sejak 17 Januari.

Beberapa komentar dari ECB juga ditafsirkan sebagai dovish, dan tampaknya "ada lebih banyak perubahan arah bank sentral global yang terjadi," kata Mazen Issa, ahli strategi valas senior di TD Securities di New York.

"Bank sentral berada dalam mode ketergantungan data, tetapi itu berarti mereka tidak lagi memegang kendali sehingga pasar pada dasarnya memimpin bank sentral saat ini," katanya pula.

Indeks dolar jatuh ke level terendah sembilan bulan di 100,80 pada Rabu (1/2), setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell ditafsirkan mengambil nada yang lebih dovish pada kebijakan moneter di masa depan.

Bank sentral AS mengatakan telah mengambil langkah penting dalam perang melawan inflasi yang tinggi, tetapi "kemenangan" itu masih membutuhkan suku bunga acuan untuk dinaikkan lebih lanjut dan tetap ditinggikan setidaknya sampai tahun 2023.

Pasar bereaksi dengan menambah taruhan bahwa Fed akan menghentikan kenaikan setelah kenaikan tambahan 25 basis poin yang diharapkan pada Maret, dan kemudian memangkas suku bunga pada paruh kedua tahun ini.

"Sepertinya Powell menerbangkan spanduk misi selesai kemarin dan menimbulkan banyak keraguan apakah plot titik Desember mereka masih layak atau tidak," kata Issa.

Pejabat Fed pada Desember memperkirakan bahwa mereka akan menaikkan suku bunga hingga di atas 5,0%, tetapi pedagang memperkirakan suku bunga acuan akan mencapai puncaknya di 4,88% pada Juni, dan kemudian turun menjadi 4,40% pada Desember.

Data pada Kamis (2/2) menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika Serikat yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran secara tak terduga turun minggu lalu, karena pasar tenaga kerja tetap tangguh meskipun biaya pinjaman lebih tinggi dan kekhawatiran akan resesi meningkat.

Produktivitas pekerja AS juga meningkat lebih cepat dari yang diharapkan pada kuartal keempat, menghasilkan moderasi dalam pertumbuhan biaya tenaga kerja. Rilis ekonomi utama AS minggu ini adalah laporan ketenagakerjaan pada Jumat untuk bulan Januari, yang diharapkan menunjukkan bahwa pemberi kerja menambahkan 185.000 pekerjaan di bulan tersebut.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini