Sukses

Jasa Marga: Kami Tak Ambil Untung di Tol Trans Jawa

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyatakan, subsidi silang antara pemerintah dan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) menjadi salah satu opsi yang bisa diterapkan untuk menurunkan tarif Tol Trans Jawa.

Liputan6.com, Jakarta - Tarif Tol Trans Jawa sempat mendapat kritikan dari beberapa pihak beberapa waktu lalu. Pasalnya, tarif tol tersebut terlalu mahal dan memberatkan perusahaan logistik.

Meski mahal, ternyata pihak PT Jasa Marga (Persero) sebagai pengelola tol tersebut mengaku tidak ambil untung selama beberapa tahun dari tarif yang ditentukan saat ini.

"Bertahan saja sudah berat. Kira-kira 5 hingga 7 tahun kami berusaha untuk tutup operasional, bayar bunga. Itu memang biasa, nature of business. Awal-awal memang belum bisa untung," ujar Direktur Keuangan Jasa Marga, Selasa (19/02/2019).

Donny mengungkapkan, penentuan tarif Tol Trans Jawa sudah didasarkan pada biaya konstruksi, kemampuan membayar, dan manfaat. Apalagi dari segi manfaat, Tol Trans Jawa bisa mempercepat pengiriman.

Selain itu, Jasa Marga memang tidak bisa langsung menikmati untung, karena investasi membutuhkan waktu yang lama, bahkan mungkin akan balik modal dalam waktu 50 tahun.

"Itu (investasi) bukan buat anak-anak kita, cucu kita itu, 50 tahun lagi. Saat ini kita fokus melewati negative cashflow dulu," ucapnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pangkas Tarif Tol Trans Jawa, Subsidi Silang Jadi Pilihan

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, menyatakan subsidi silang antara pemerintah dan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) menjadi salah satu opsi yang bisa diterapkan untuk menurunkan tarif Tol Trans Jawa.

Dia mengatakan, perbedaan tarif antar ruas tol yang menjadi bagian Tol Trans Jawa saat ini masih terhitung tak sepadan dan mencolok.

"Misalnya, Jakarta-Cikampek berapa per km? Itu Rp 200 per km. Coba deh begitu masuk ke ruas tol yang baru, tarifnya jadi Rp 1.000 per km. Jomplang," sebut dia di Jakarta, Selasa (12/2/2019).

Dia mengatakan, perbedaan tarif antar ruas tol itu disebabkan oleh masa pembangunan beberapa jalan tol lawas, seperti Tol Jagorawi dan Tol Jakarta-Cikampek (Japek) yang pengenaan tarifnya lebih rendah dibanding Tol Batang-Semarang yang baru rampung konstruksinya. 

"Kalau dibandingkannya dengan tahun investasi yang sama, kita lebih murah. Misalnya Rp 110 per km untuk Tol Jagorawi dan Tol Jakarta-Cikampek yang berkisar Rp 200 per km," sebutnya.

"Tapi kalau dibandingkan dengan Tol Batang Semarang yang Rp 1500 per km ya dia lebih mahal. Jadi tergantung melihatnya, bagaimana memanfaatkan datanya," dia menambahkan.

Oleh karena itu, Basuki menyimpulkan, subsidi silang jadi salah satu opsi untuk memangkas harga tarif Tol Trans Jawa.

"Ya, itu salah satu opsi, tapi bagaimana nanti reaksi masyarakat. Kami harus lihat reaksi masyarakat juga," ucap dia. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.