Setelah TikTok dan WeChat, Trump Kini Mau Blokir Alibaba

Setelah TikTok dan WeChat, Trump Kini Mau Blokir Alibaba

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 17 Agu 2020 10:20 WIB
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menggelar jumpa pers terkait virus Corona. Namun jumpa pers itu sempat dihentikan sementara karena ada penembakan di luar gedung putih.
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Jakarta -

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mempertimbangkan untuk memblokir raksasa e-commerce China, Alibaba. Tindakan itu menyusul Huawei, TikTok (ByteDance), dan WeChat yang sudah lebih dulu diblokir.

Tindakan terhadap perusahaan-perusahaan China telah menambah drama pemerintahan Trump terhadap kekuatan teknologi Beijing yang terus meningkat. Pemain global AS dipaksa untuk memilih antara China atau AS.

"Kami berada dalam perubahan paradigma dan geopolitik sedang mengalami transformasi bersejarah sekarang. Pejabat Washington membuat banyak tuduhan terhadap perusahaan teknologi China, sebuah indikasi bahwa pemerintah benar-benar ingin memisahkan industri teknologi," kata Peneliti di Hinrich Foundation, Alex Capri dikutip CNN, Senin (17/8/2020).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak seperti ByteDance atau Huawei yang berhasil melakukan ekspansi global hingga ke AS, Alibaba tidak terlalu berhasil melakukan ekspansi ke pasar Barat. Tetapi faktanya perusahaan itu adalah jawara teknologi asal China yang mungkin jadi alasan untuk Trump bakal melakukan larangan.

Alibaba memang belum diancam jenis sanksi yang sama dengan yang dikenakan Trump terhadap perusahaan teknologi China lainnya. Trump bahkan memanggil pendiri perusahaan Alibaba, Jack Ma sebagai 'teman saya' pada awal tahun ini setelah miliarder China itu akan menyumbang untuk memerangi pandemi virus Corona.

ADVERTISEMENT

Tetapi kini perusahaan itu masuk dalam salah satu pemantauan para pejabat AS. Terbukti minggu lalu, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo memeriksa nama Alibaba ketika perusahaan-perusahaan AS ingin menghapus teknologi milik China yang tidak dipercaya dari jaringan digital mereka.

Cara ini dilakukan untuk melindungi informasi pribadi orang AS dan kekayaan intelektual bisnis yang berharga, termasuk penelitian vaksin Corona agar tidak diakses pada sistem berbasis Cloud yang dijalankan oleh perusahaan seperti Alibaba dan Tencent (TCEHY).

"Perusahaan seperti Alibaba dipelihara dalam lingkungan yang sepenuhnya terlindungi di China, yang tertutup bagi pesaing asing (dan) mereka merebut pangsa pasar tanpa harus bersaing dengan perusahaan asing," ujar Capri.



Simak Video "Trump Sebut Biden Ancaman Demokrasi: Dia Tidak Kompeten!"
[Gambas:Video 20detik]
(eds/eds)