JAKARTA - Dolar Amerika Serikat (AS) rebound dari level terendah dalam dua setengah tahun pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB).
Penguatan dolar AS ketika sentimen risiko yang luas memburuk lagi dan saham-saham di Wall Street jatuh dengan investor kecewa atas melemahnya data ekonomi AS dan tidak adanya daya tarik pada paket stimulus lain.
Namun, greenback turun 2,3% selama November, persentase kerugian bulanan terbesar sejak Juli.
Baca Juga: Dolar AS Loyo Tak Kuat Menahan Keperkasaan Ekonomi China
Sebaliknya, bitcoin pada Senin (30/11) mencapai level tertinggi sepanjang masa di USD19.864,15 dan terakhir naik 5,7% pada USD19.235,96.
"Kami melihat data ekonomi AS semakin melemah," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York. "Dan belum ada tanda-tanda bahwa kita akan melihat Kongres memberikan paket stimulus dalam waktu dekat."
Data pada Senin (30/11) menunjukkan kontrak untuk membeli rumah bekas di AS turun untuk bulan kedua berturut-turut pada Oktober, dengan Indeks Penjualan Rumah Tertunda, berdasarkan kontrak yang ditandatangani bulan lalu, turun 1,1% menjadi 128,9.
Data lain menunjukkan aktivitas di pabrik-pabrik di Midwest dan Texas melambat bulan ini (November), dengan PMI (Indeks Manajer Pembelian) Chicago turun menjadi 58,2 pada November dari 61,1 pada Oktober, karena kebangkitan nasional dalam infeksi COVID-19 baru mengekang pesanan baru dan mengganggu produksi.
Pada hari terakhir bulan itu, indeks dolar naik 0,2% menjadi 91,89. Indeks dolar jatuh dalam lima dari tujuh bulan terakhir.
“Ini hanya dorongan sementara untuk dolar,” kata Moya dari OANDA. "Tren jangka panjang jelas akan menjadi pelemahan dolar."
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya