kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak mentah melesat lebih dari 1% usai OPEC+ pertahankan pembatasan produksi


Jumat, 05 Maret 2021 / 13:44 WIB
Harga minyak mentah melesat lebih dari 1% usai OPEC+ pertahankan pembatasan produksi
ILUSTRASI. Harga minyak mentah menguat lagi


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  SINGAPURA. Harga minyak mentah naik lebih dari 1% pada perdagangan hari ini, memperpanjang kenaikan dari sesi sebelumnya, setelah OPEC dan sekutunya setuju untuk tidak meningkatkan pasokan pada bulan April karena menanti pemulihan permintaan yang lebih substansial di tengah pandemi virus corona.

Jumat (5/3), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman bulan Mei 2021 naik 83 sen, atau 1,2% menjadi US$ 67,57 per barel. Ini membuat Brent berada di jalur untuk kenaikan 2% dalam sepekan. 

Setali tiga uang, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman April 2021 naik 77 sen, atau 1,2% ke level US$ 64,60 per barel.

Kedua kontrak melonjak lebih dari 4% pada perdagangan Kamis (4/3) setelah OPEC+, memperpanjang pembatasan produksi minyak hingga April, memberikan pengecualian kecil ke Rusia dan Kazakhstan.

"Ini hanya untuk menunjukkan betapa mengejutkannya disiplin OPEC +," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets.

Investor terkejut bahwa Arab Saudi telah memutuskan untuk mempertahankan pemotongan sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga April bahkan setelah harga minyak naik selama dua bulan terakhir.

"Berbagai faktor bersatu untuk menyatukan para pihak, tetapi kenaikan harga yang dihasilkan hampir pasti akan mendorong para pihak untuk berubah pikiran ketika mereka bertemu lagi pada 1 April 2021," kata analis komoditas di Citigroup dalam sebuah catatan.

Baca Juga: Anggota OPEC + setuju mempertahankan sebagian besar pembatasan produksi minyak

Harga minyak telah melonjak sejak awal November tetapi permintaan fisik untuk minyak mentah dari penyulingan dan pengguna akhir lainnya belum menyusul, dengan kargo ke pasar utama seperti China secara luas diperdagangkan dengan harga yang lebih rendah di tengah penjualan yang lesu.

"Pertemuan bulan depan hampir pasti akan melihat pengurangan produksi yang lebih lanjut, tetapi kekurangan permintaan fisik akan tetap pada tingkat yang tinggi untuk saat ini," kata Jeffrey Halley, analis pasar senior di OANDA.

Keputusan OPEC+ untuk melanjutkan pengurangan produksi akan merugikan konsumen di negara-negara pembeli minyak, menteri perminyakan India Dharmendra Pradhan mengatakan kepada Reuters pada hari Jumat.

Analis sedang meninjau perkiraan harga mereka untuk mencerminkan berlanjutnya pembatasan pasokan oleh OPEC+ serta produsen serpih AS, yang menahan pengeluaran untuk meningkatkan pengembalian kepada investor.

Goldman Sachs menaikkan perkiraan harga Brent sebesar US$ 5 menjadi US$ 75 per barel pada kuartal kedua dan US$ 80 per barel pada kuartal ketiga tahun ini.

Sementara UBS menaikkan perkiraan untuk harga Brent menjadi US$ 75 per barel dan untuk WTI menjadi US$ 72 per barel pada kuartal kedua tahun ini.

Selanjutnya: Harga minyak mencapai level tertinggi dalam 14 bulan terakhir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×