Rabu 20 Oct 2021 13:30 WIB

Neraca Dagang Surplus, Kemendag: Tren Pemulihan Berlanjut

Purchasing Managers Index manufaktur meningkat, menunjukkan periode ekspansif.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Warga melintas berlatar belakang proses bongkar muat peti kemas di New Priok Container Terminal One, Jakarta Utara, Ahad (19/9). Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan, tren pemulihan ekonomi Indonesia kembali berlanjut pascagelombang kedua pandemi Covid-19. Hal ini tergambar dari neraca perdagangan September 2021 yang kembali mencatatkan surplus 4,37 miliar dolar AS.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Warga melintas berlatar belakang proses bongkar muat peti kemas di New Priok Container Terminal One, Jakarta Utara, Ahad (19/9). Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan, tren pemulihan ekonomi Indonesia kembali berlanjut pascagelombang kedua pandemi Covid-19. Hal ini tergambar dari neraca perdagangan September 2021 yang kembali mencatatkan surplus 4,37 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan, tren pemulihan ekonomi Indonesia kembali berlanjut pascagelombang kedua pandemi Covid-19. Hal ini tergambar dari neraca perdagangan September 2021 yang kembali mencatatkan surplus 4,37 miliar dolar AS. Surplus tersebut ditopang oleh surplus neraca nonmigas sebesar 5,30 miliar dolar AS, dan defisit neraca migas sebesar 930 juta dolar AS.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan, surplus September 2021 melanjutkan tren surplus yang terjadi sejak Mei 2020, namun berada di bawah surplus bulan sebelumnya yang mencapai 4,75 miliar dolar AS. Secara kumulatif, surplus perdagangan periode Januari-September 2021 mencapai 25,07 miliar dolar AS yang terdiri atas surplus neraca nonmigas 33,48 miliar dolar AS dan defisit migas 8,40 miliar dolar AS.

Baca Juga

“Optimisme peningkatan ekspor ditunjukkan adanya peningkatan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur September 2021 yang berada pada posisi 52,2. Posisi ini kembali memasuki periode ekspansif setelah selama dua bulan sebelumnya mengalami kontraksi,” kata Lutif, dalam pernyataan resminya, Rabu (20/12).

Lebih lanjut, Lutfi mengungkapkan, beberapa negara mitra dagang Indonesia penyumbang surplus perdagangan terbesar, di antaranya Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina dengan jumlah mencapai 2,68 miliar dolar AS. Sementara Australia, Thailand, dan Ukraina menjadi negara mitra penyumbang defisit perdagangan terbesar dengan jumlah 0,91 miliar dolar AS.

Kinerja ekspor pada September 2021 tercatat sebesar 20,60 miliar dolar AS. Nilai ini turun dibanding Agustus yang tercatat sebesar 21,43 miliar dolar AS atau turun 3,84 persen dari bulan sebelumnya (month to month/mtm). Penurunan September 2021 didorong melemahnya ekspor migas sebesar 12,56 persen dan nonmigas sebesar 3,38 persen. Namun, nilai tersebut naik 47,64 persen dibanding tahun sebelumnya (year on year/yoy).

“Pelemahan ekspor nonmigas September 2021, disebabkan kontraksi ekspor sektor migas yang turun 12,56 persen (mtm) dan sektor industri pengolahan yang turun sebesar 5,29 persen (mtm). Sementara ekspor sektor pertanian naik sebesar 15,04 persen (mtm) diikuti sektor pertambangan sebesar 3,46 persen (mtm),” kata Lutfi.

Beberapa produk ekspor nonmigas yang mengalami penurunan pada September 2021, yaitu lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) turun 30,45 persen; timah dan barang daripadanya (HS 80) 27,45 persen; bahan kimia anorganik (HS 28) 24,08 persen; serat stapel buatan (HS 55) 13,81 persen; dan logam mulia, perhiasan/permata 13,71 persen. 

Pelemahan disebabkan penurunan permintaan dari beberapa negara mitra dagang Indonesia, yakni Belgia turun 37,41 persen, Mesir (30,09 persen), dan Pakistan (29,53 persen). “Di tengah penurunan permintaan, ekspor nonmigas Indonesia ke beberapa negara justru mengalami pertumbuhan signifikan pada September 2021. Di antaranya Afrika Selatan yang tumbuh 48,24 persen, Uni Emirat Arab (38,38 persen), Taiwan (35,59 persen), Hongkong (29,89 persen), dan Spanyol (27,69 persen). Sementara berdasarkan kawasan, ekspor ke kawasan Amerika Tengah, Afrika Selatan, dan Eropa Utara menunjukkan peningkatan yang signifikan pada September 2021 bila dibandingkan bulan sebelumnya,” kata dia.

Pada September 2021, beberapa produk masih unggulan Indonesia mengalami peningkatan ekspor. Produk tersebut adalah nikel dan barang daripadanya (HS 75) naik signifikan 98,68 persen; bubur kayu (HS 47) 31,72 persen; mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) 20,87 persen; bahan kimia organik (HS 29) 17,30 persen; serta besi dan baja (HS 72) 16,24 persen. 

"Peningkatan nilai ekspor kelima produk tersebut ditunjang peningkatan harga dan permintaan di pasar internasional yang ditunjukkan adanya peningkatan volume ekspor," ujar dia. 

Secara kumulatif, ekspor Januari-September 2021 tercatat sebesar 164,20 miliar dolar AS, naik 40,38 persen (yoy). Peningkatan ini dipengaruhi ekspor nonmigas naik menjadi 155,46 miliar dolar AS atau naik 39,84 persen (yoy).

Adapun, peningkatan diikuti ekspor migas yang naik menjadi 8,82 miliar dolar AS atau naik 50,70 persen (yoy). Pada periode tersebut, beberapa produk utama Indonesia mengalami peningkatan ekspor. Produk tersebut antara lain bijih, terak, dan abu logam (HS 26) sebesar 151,74 persen; besi dan baja (HS 72) naik 96,20 persen; berbagai produk kimia (HS 38) 84,09 persen; lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) 73,00 persen; dan bahan bakar mineral (HS 27) 69,44 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement