Share

5 Fakta RI Stop Ekspor Bahan Mentah, Jokowi Tantang Uni Eropa Bawa Pabrik Nikel

Shelma Rachmahyanti , MNC Media · Minggu 28 November 2021 05:05 WIB
https: img.okezone.com content 2021 11 27 320 2508309 5-fakta-ri-stop-ekspor-bahan-mentah-jokowi-tantang-uni-eropa-bawa-pabrik-nikel-7SAApqurck.jpg Indonesia stop ekspor bahan mentah nikel (Foto: Okezone)
A A A

JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan Indonesia tengah digugat World Trade Organization (WTO) alias Organisasi Perdagangan Dunia. Meski begitu, dia mengungkap bahwa Indonesia tetap ingin melakukan hilirisasi bahan-bahan mentah di dalam negeri.

Berikut fakta-fakta RI vs Uni Eropa soal nikel yang dirangkum di Jakarta, Minggu (28/11/2021).

Baca Juga: Mentan: Indonesia Harusnya Memiliki Ekspor Lebih Banyak

1. RI Tidak Diizinkan Lagi Mengekspor Bahan Mentah

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa Indonesia tidak boleh lagi mengekspor bahan mentah. Semua harus diekspor dalam bentuk barang setengah jadi ataupun barang jadi demi adanya nilai tambahan (value added).

Menurutnya satu komoditas, dua komoditas, tiga komoditas, empat komoditas, dan seterusnya, bayangkan jika semuanya diindustrialisasikan, dihilirisasikan di Indonesia.

"Meskipun Indonesia sedang digugat di WTO, engga masalah. Saya sampaikan kemarin waktu di G20, dengan EU maupun dengan negara-negara di Eropa, kita ini tidak ingin mengganggu kegiatan produksi mereka kok, silakan, kita ini terbuka, tidak tertutup," ungkap Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (BI) secara virtual di Jakarta.

Baca Juga: Presiden Jokowi: Kita Harus Keluar dari Jebakan Pengekspor Bahan Mentah

2. Jika Ingin Nikel Harap Bawa Pabrik Sendiri

Jokowi menyampaikan bahwa, silakan kalau ingin nikel, tapi datang bawa pabriknya, industrinya, teknologi ke Indonesia. Tidak perlu mengolahnya menjadi barang jadi, menjadi barang setengah jadi juga sudah cukup.

“Nanti baterainya dikerjakan di sana silakan, mobilnya di sana silakan. Tapi lebih baik kalau semuanya dikerjakan di sini. Akan lebih efisien, saya sampaikan apa adanya, artinya kita enggak tertutup, beda kalau kita tertutup orang lain ga boleh masuk, lah boleh kok,” tekan Jokowi.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

3. Ingin Buka Lapangan Pekerjaan Lebih Banyak

Dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (BI) yang digelar secara virtual di Jakarta, Jokowi mempersilakan negara lain yang menginginkan bahan mentah seperti nikel. Namun, Jokowi meminta mereka untuk datang dengan pabrik, industri, dan teknologinya ke Tanah Air.

Hal ini terus ditegaskannya karena keinginan kuat Jokowi untuk membuka lapangan pekerjaan lebih banyak di Indonesia. "Goal-nya ada di situ," tukasnya.

4. Respons Wamendag

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga mengatakan, Indonesia berhak membatasi Perdagangan demi kepentingan masyarakat dan keberlanjutan (sustainability).

"Indonesia berhak mengatur perdagangan sumber daya-sumber daya strategisnya. Apalagi itu ada kaitannya dengan kepentingan masyarakat yang lebih luas dan kepentingan ekonomi yang berkelanjutan juga," kata Jerry.

Wamendag menjelaskan, nikel adalah salah satu bahan untuk membuat baterai berbagai peralatan, termasuk mobil listrik yang tengah menjadi tren dunia.

"Indonesia sendiri adalah penghasil nikel utama di dunia. Tidak heran jika nikel Indonesia banyak dilirik oleh pasar negara-negara lain," ucapnya.

5. Indonesia Tak Perlu Takut

Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mendukung penuh kebijakan Presiden Joko Widodo yang melarang ekspor bahan mentah bijih nikel. Meskipun dihantui aduan ke WTO.

LaNyalla mengatakan, Indonesia tidak perlu takut dengan ancaman negara-negara Eropa yang akan membawa masalah ini ke organisasi perdagangan dunia atau WTO.

“Justru ini saat yang tepat untuk memperlihatkan kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara. Buktikan jika kita negara yang kuat,” tutur LaNyalla saat melakukan kunjungan kerja ke Sulawesi Tenggara.

1
2

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini